MENGEJAWANTAHKANKARAKTER KEBANGSAAN DAN
TAKTIK PERANG GERILYA JENDERAL SUDIRMAN
DALAM KONTEKS KEKINIAN
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN LAWATAN SEJARAH NASIONAL 2016
Tanggal 25-29 Juli di DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa
Timur
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Penyusun :
Nama Siswa : Fathurrahman
Guru Pembimbing : Sri Fatmawati,S.Pd
SMA NEGERI 10 BANJARMASIN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izinnya,
makalah dengan judul MENGEJAWANTAHKAN KARAKTER KEBANGSAAN DAN TAKTIK
PERANG GERILYA JENDERAL SUDIRMAN DALAM KONTEKS KEKINIANdapat diselesaikan dengan
baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan LAWATAN SEJARAH NASIONAL 2016. Tanggal 25 –
29 Juli 2016 di DI Yogyakarta dan
Propinsi Jawa Timur, yang diadakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam hal metode penulisan
maupun kedalaman kajiannya. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
menyusun makalah ini, penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Akhirnya,
dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik membangun demi kesempurnaan isi makalah ini di masa yang akan
datang.Atas semua masukan, saran dan arahannya penulis mengucapkan terima
kasih.
Banjarmasin, Juni 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah,………………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………. 2
D. Manfaat Penulisan Makalah……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Kehidupan Jenderal Sudirman dan karakter kebangsaannya...… 3
B.
PerananJenderalSudirman
dalam Perang Gerilya……………………………… 5
C.
Keterlibatan
Masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya……………………. 7
D.
Taktik
Perang Gerilya dalam Konteks Kekinian………………………………… 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………… 11
B.
Saran…………………………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Soedirman nama yang
sangat fenomenal, anak muda yang gagah perkasa dan pemberani, pemuda yang tidak takut mati. Masa mudanya
menemukan momentum yang sangat sulit dalam kehidupannya, namun kondisi
saat masyarakat Indonesia dan tanah air terjajah, disana Sudirman bangkit dengan
cita-cita dan harapan mulia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Kerasnya penjajahan di
zaman Belanda menjadikan Indonesia berdarah-darah dan kehilangan para pejuang
kemerdekaan, banyak nenek moyang kita mati diterpa peluru panas, keringat bercucuran
di tengah terik matahari karena menahan beban berat yang dipikul, sedangkan
mereka yang ditangkap dipecut, dipukul bertubi-tubi bahkan ditembaki sampai
mati. Sebuah potret kejahatan yang dilakukan pada masyarakat Indonesia oleh
penjajah yang kejam tidak mengenal perikemanusiaan dan keadilan, hal ini
menjadi catatan sejarah kesedihan yang diderita bangsa Indonesia.
Di saat itulah, Panglima besar Jenderal Sudirmanmuncul
sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia,
sehingga dapat dikategorikan sebagai tokoh yang memiliki nama besar. Namun
siapa sangka nama besar yang beliau raih, bukan berarti beliau berasal kalangan
berada dan keturunan orang besar, tetapi justru beliau berasal dari rakyat
biasa. Sifat-sifat seperti kesederhanaan, agamis, dan pemberani menjadi senjata
ampuh dalam mengusir para penjajah dan konsistensi mempertahankan kemerdekaan
RI.
Sifat kesederhanaan, agamis, dan pemberani dari sang
Jenderal Sudirman mutlak “wajib” kembali dibangkitkan di kalangan generasi muda
Indonesia dalam suasana ancaman, tantangan, dan hambatan arus globalisasi yang
semakin nyata dan perang pemikiran yang semakin gencar. Penerapan sifat-sifat
Jenderal Sudirmantidak timbul dengan
sendirinya, tetapi muncul secara bertahap pada diri seseorang, yaitu dengan
seringnya berperilaku terpuji yang
diketahuinya dan kemudian bisa diaplikasikan kepada kehidupannya sehari-hari
secara terus menerus.
|
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumus masalah dalam makalah ini,yaitu :
1. Bagaimana latar belakang kehidupan JenderalSudirman
dan karakter kebangsaannya?
2. Bagaimana peran Jenderal Sudirman dalam Perang
Gerilya?
3.
Bagaimana
keterlibatan Masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya?
4.
Bagaimana
taktik Perang Gerilya dalam konteks kekinian ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.
Memupuk
rasa kebangsaan di kalangan anak muda.
2.
Meneladani
sikap perjuangan Jenderal Sudirman melalui karakter kebangsaan yang tertanan
dalam diri Jenderal Sudirman.
3.
Menumbuhkan
karakter kebangsaan pada jiwa generasi muda.
4.
Mengenang
dan menghargai nilai-nilai luhur para pahlawan bangsa.
5.
Memperkokoh
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
D.
Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Meningkatkan
pemahaman wawasan kebangsaan sebagai warga Negara Indonesia.
2.
Sebagai
bahan masukan bagi berbagai pihak dalam memperkokoh dan mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
belakang JenderalSudirman dan karakter kebangsaan
Jenderal Sudirman merupakan pahlawan
Nasional, yang dilahirkan di Desa Bantarbarang, Kecamatan (Bodaskarangjati)
Rembang Kabupaten Purbalingga, pada tanggal 24 Januari 1916. Putra dari
R.Tjokrosoenarjo, Asisten Wedana Onderdistrik Bodaskarangjati/Kecamatan Rembang
Kabupaten Purbalingga.Pendidikan Sudirmanadalah HIS (Sekolah Rakyat) dan
melanjutkan di Taman Dewasa, yang kemudian pindah ke perguruan kebangsaan Mulo
(SMP) Wiworo Tomo. Di Wiworo Tomo inilah, Sudirman amat menekuni pelajaran
Bahasa Inggris,Ketatanegaraan,Sejarah Indonesia,Sejarah Dunia dan Agama. Dalam
soal Agama Sudirman amat serius, sehingga beliau pernah mendapat julukan
“Kajine” di MULO Wiworo Tomo, beliau menyelesaikan pendidikannya pada tahun
1934 dan melanjutkan ke HIK (Sekolah Guru) Muhammadiyah Solo, namun hanya satu
tahun karena Ayahanda R. Tjokrosoenarjo wafat. Pada tahun 1935, beliau kembali
ke Cilacap dan menjadi guru HIS (Sekolah Rakyat) Muhammadiyah Cilacap.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi
serta ketaatan dalam Islam menjadikan Sudirman dihormati oleh masyarakat. Jenderal
Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang
pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun Sudirman
sudah menjadi seorang Jenderal.
Meski menderita sakit paru-paru yang parah,
Jenderal Sudirmantetap bergerilya melawan Belanda. Beliau juga merupakan
Pahlawan Pembela kemerdekaan yang tidak peduli pada keadaan dirinya sendiri
demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya Sudirman tercatat
sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda di Republik ini.Sudirman
waktu muda juga terkenal disiplin dan giat di Organisasi Pramuka Hizbul Wathan.Ia
kemudian menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang, disebabkan karena
Kedisiplinan, Jiwa pendidik dan Kepanduannya
Jenderal Sudirman juga merupakan salah satu
pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan
keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di
atas kepentingan pribadinya.Sudirmanselalu konsisten dan konsekuen dalam membela
kepentingan tanah air, bangsa dan Negara.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
|
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran
dengan pasukan Jepang, Sudirmanberhasil merebut senjata pasukan Jepang di
Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanaan Rakyat(TKR) terbentuk, Sudirmankemudian diangkat
menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.Dan melalui
Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima
Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal
18 Desember 1945, Pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden.
Sudirman nama yang sangat fenomenal, anak muda yang
gagah perkasa dan pemberani, pemuda
yang tidak takut mati. Masa mudanya menemukan momentum yang sangat sulit dalam
kehidupannya, namun kondisi saat masyarakat Indonesia dan tanah air terjajah, Sudirman bangkit dengan cita-cita
dan harapan mulia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Saat itu Sudirman muda yang berumur sekitar
29 tahun, di saat Indonesia menangis dan masyarakatnya terjajah, dengan
serangan dan jajahan para penjajah yang sangat menyakitkan dan ganas bahkan
mematikan, Sudirman
dengan keyakinannya dan kedekatannya yang menciptakannya, ia terpanggil untuk
melawan dan tidak diam begitu saja, Sudirman berdiri tegak melakukan perlawanan
terhadap penjajah bersama sahabat-sahabatnya.
Seperti yang kita kenal,
Jenderal Besar TNI Anumerta Sudirman adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia
yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh
besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu
revolusi. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, Sudirman dicatat sebagai Panglima
dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat umurSudirman 31 tahun, beliau telah
menjadi seorang Jenderal.
Karakter yang dimiliki Sudirman menjadikan dia mampu
menumpas dan memukul mundur serta mengalahkan penjajah bangsa Indonesia, dia
dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang memiliki
keyakinan yang dalam, ibadahnya rajin, teguh pada prinsip, memiliki keilmuan
dalam mengatur strategi peperangan dalam melawan penjajahan, dan tidak takut
mati dalam berjuang, dalam sejarah juga kita mengenal Sudirman lebih mengedepankan
kepentingan masyarakat dan bangsanya dari pada kepentingan pribadinya, Sudirman adalah orang yang selalu konsisten
dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
|
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.gif)
mengakibatkan sebuah paru-parunya tidak
berfungsi lagi. Panglima Besar berangkat ke Istana untuk menerima instruksi
dari Presiden. Presiden menasihati agar Sudirman kembali ke rumah karena masih sakit, ketika
Presiden mengajak untuk tinggal di dalam Kota, Sudirman menjawab dengan kata “saya tidak mau tetap
dalam kota. Buat saya yang penting adalah anak-anak buah saya, tempat saya yang
terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan gerilya dengan
sekuat tenaga seluruh prajurit”. Sungguh luar biasa, sebuah bentuk kesatuan
keyakinan bahwa, dengan persatuan dan kesatuan yang utuh antar anggota akan
mampu menghadirkan kekuatan yang besar walau di badan terdapat luka yang berat.
Sikap dan perbuatan Jenderal Sudirmansebagai prajurit TNI dan warga negara
RI, merupakan pencerminan jiwa dan semangat juang 45. Bukan keharuman nama
pribadi, melainkan nilai kehormatan bangsanya yang hendak dicapainya. Sudirman
termasuk orang yang rela menerima apa yang sedang dihadapinya dan menggunakan
apa adanya. Pangsar Jenderal Sudirman menjabat pimpinan organisasi apapun,
menjadi pimpinan WMPM Banyumas, menjadi ketua kepanduan seluruh Banyumas,
kepala sekolah Muhammadiyah dan menantu orang kaya, menjadi anggota DPR (Coo
Sangi In), menjadi Ketua Badan Pengumpulan Bahan Makanan, menjadi Daidanco,
diserahi gudang beras dan gudang pakaian yang isinya bertumpuk-tumpuk, Kepala
BKR Banyumas, Menjadi kepala Tertinggi TKR dan menajadi Panglima Besar tetap
menjadi Sudirman dengan sikap hidup, pribadi serta cara hidup yang sederhana,
tekun dan taat terhadap agama.
B. Peranan
Jenderal Sudirman dalam Perang Gerilya
Pasukan
tentara Belanda melakukan serangan penyerangan militer II melakukan serangan
dari udara laut dan darat keseluruh wilayah nusantara, pada tanggal 19 Desember
1948. Tujuanya tidak lain untuk menguasai nusantara kembali dengan cara
keseluruhan, dari pihak Indonesia tak mungkin melakukan perlawanan perang
melewati perang stelling alias frontale corlog, disebabkan peralatan yang tak
lebih dari sisi persenjataan yang tak lebih memadai untuk mempersiapkan alat
alat itu tak memungkinkan bagi Indonesia sebab Indonesia yang baru membentuk
Negara maka belum siap untuk mempersiapkan alat alat perang itu.
![Text Box:](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.gif)
|
masa
perang yang panjang dan juga menghindari korban yang tak sedikit tetapi
kadang-kadang rakyat dan para tentara kami tak lebih memahami taktik gerilya
tersebut.
Perang
Gerilya merupakan teknik mengepung dengan cara tak terkesan (infisibble).Perang Gerilya adalah bentuk
perang yang tak terbelit dengan cara resmi pada ketentuan perang.Saat itu
Perang Gerilya dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
Perang
Gerilya bangsa Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
·
Menghindari perang terbuka
·
Menghantam musuh dengan cara tiba-tiba
·
Menghilang ditengah lebatnya hutan alias
kegelapan malam
·
Menyamar sebagai rakyat biasa.
Memasuki
akhir tahun 1947, tentara republik yang bergerilya mulai terorganisir dan
mempunyai komando gerilya yang dinamis. Akibatnya belanda menjadi kesulitan
untuk menggempur tentara republik.setiap target yang diserang belanda,banyak
yang telah kosong,namun pada saat yang tak disangka-sangka,tentara republik
menyerang kedudukan Belandadengan cepat.Saat Belanda kembali menggencarkan
serangan, kubu-kubu tentara republik telah kosong.
Dengan
demikian,Belanda hanya menguasai kota-kota besar dan jalan raya. Seusai itu Sudirman meninggalkan Yogyakarta
untuk memimpin gerilya dari luar kota. Perjalanan bergerilya selagi delapan
bulan ditempuh tak lebih lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sering Sudirman wajib ditandu alias
digendong sebab dalam keadaan sakit keras. Seusai berpindah-pindah dari
berbagai desa rombongan Sudirman
kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Kolonel A.H. Nasution, selaku
Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat
Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah satu pokok
isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal
adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk
kantong-kantong gerilya maka seluruh Pulau Jawa bakal menjadi medan gerilya
yang luas. Salah satu pasukan yang wajib melakukan wingate adalah pasukan
Siliwangi.
|
·
Pemerintahan Republik Indonesia memberikan
amanah melalu radiogram terhadap Menteri Kemakmuran Mr.Syafruddin Prawiranegara
untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI)
dibukittinggi,Sumatra.
·
Presiden dan Wapres tetap tinggal didalam kota
supaya tetap dekat dengan KTN dengan resiko ditawan Belanda.
·
Pemimpin TNI bakal menyingkir keluar kota
untuk melaksanakan perang gerilya dengan membentuk wilayah komando di Jawa dan
Sumatra.
Penyerangan
Militer Belanda 2 ini mengajak reaksi dan kecaman dari dunia Internasional.Belanda
dinilai rutin mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia.Belanda pun dianggap
tak menghormati setiap persetujuan yang dibuatnya.Oleh sebab itu,Dewan Keamanan
PBB mulai menuturkan penyerangan Belanda yang kedua ini.Dalam pertemuan tanggal
28 Januari 1949,Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan
penghentian semua operasi militer Belanda dan penghentian semua aktivitas
gerilya tentara Republik. Tidak hanya mendapat tekanan dari DK PBB, aksi
militer Belanda kedua ini nyatanya tak didukung oleh negara boneka buatannya
sendiri.Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundah mencela dan memprotes
Penyerangan militer kedua ini.Demikian juga Amerika Serikat yang dengan cara
positif telah merubah pandangan atas Indonesia,segera memberikan tekanan
politik terhadap Belanda.AS mengancam tak bakal memberikan bantuan dana dari
program Marshall Plan terhadap Belanda. Dampak terus menerus memperoleh tekanan
politik dari dunia internasional dan terus besarnya performa pasukan Republik
melancarkan serangn gerilya,akhirnya Belanda menerima resoulusi DK PBB.
Resoulusi DK PBB itu telah mengakhiri aksi Belanda dalam penyerangan militer
keduanya.
C. Keterlibatan
masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya
|
Kesemuanya itu dilakukan oleh masyarakat desa
dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab yang besar. Mereka mampu menjalin
hubungan yang akrab dengan militer maupun dengan para pengungsi yang dating
dari daerah lain. Bahkan lebih dari semua itu masyarakat desa di seluruh Daerah
Istimewa Yogyakarta ternyata rela mengorbankan baik harta benda maupun jiwa dan
raga.
Peranan Masyarakat dalam mendukung Perang
Gerilya antara lain sebagai berikut :
a.
Partisipasi
Masyarakat (Dapur Umum, PMI)
Pada waktu di Daerah Istimewa Yogyakarta sedang perebutan kekuasaan dan
senjata dari tangan Jepang, maka kaum Ibu tidak tinggal diam. Mereka ikut
berbuat jasa dan berdarma bakti terhadap Nusa dan Bangsangnya. Jasa-jasa yang
telah diabdikan oleh kaum ibu di antaranya bergiat menyelenggarakan dapur Umum.
Apakah arti dapur umum itu? Secara harafiah dapur berarti bagian rumah tempat
masak-memasak; dan Dapur Umum artinya
tempat menyediakan makanan untuk umum. Kaum ibu dalam arusnya revolusi itu
dengan penuh keihklasan dan sukarela ikut menyediakan makanan dan minuman untuk
kepentingan para pejuang. Jasa kaum ibu itu, tidak dapat kita abaikan. Tanpa
ada yang memerintah dengan kesadaran sendiri dan ke luar dari inisiatif mereka
sendiri, menyediakan makanan dan minuman secara sukarela kepada para pejuang.
Di mana-mana dengan tidak memperhitungkan modan dan dari mana bahan makanan itu
didapat, dapur umum didirikan. Ini menunjukkan bahwa semua penduduk dengan
sangat rela mengorbankan baik harta benda maupun jiwa raganya.
Partisipasi yang dilakukan oleh Palang Merah
Indonesia atau PMI semalam masa revolusi kemerdekaan tidak dapat diabaikan
begitu saja. Peranan PMI sangat besar, misalnya dalam memberikan pertolongan
dan pengobatan, terhadap para pejuang yang luka-luka atau sakit, dan
sebagainya. Di daerah Yogyakarta, pada masa revolusi kemerdekaan para remaja
puteri khusunya dan pemuda pemudi, pelajar umumnya dengan sukarela menyediakan
diri sebagai tenaga Palang Merah Indonesia. Bagi mereka yang telah cakap,
trampil dan cukup umur dikirim di front untuk memberikan pertolongan dan
perawatan terhadap para pejuang yang sakit dan luka. Tetapi bagi para muda-mudi
yang masih belum cukup umur dan belum memiliki kecakapan harus khusus
diperbantukan di garis belakang.
|
b.
Rakyat
Desa dan Jaringannya
Rakyat sebagai kekuatan massa terikat oleh
kesatuan daerah, kesamaan adat dan agama. Ikatan-ikatan seperti ini dapat
dimanfaatkan untuk menyambung hubungan antara kekuatan militer yang datang dari
luar dengan rakyat. Untuk menghubungkan kekuatan rakyat dengan militer jaringan
administraf berperan untuk menata hubungan ini.
Hal ini dirasa penting untuk memberi gambaran
yang agak realitas tentang keterlibatan masyarakat desa dalam revolusi. Di sini
rakyat desa dapat dipandang sebagai kekuatan politis yang mampu memperkokoh
diplomasi internasional pemerintahan Republik. Sisi lain rakyat merupakan kekuatan
logistik yang sangat dibutuhkan dalam perang gerilya. Oleh karenanya ke
terlibatan rakyat pedesaan dalam revolusi melangsungkan kehidupan
bernegara.Bilamana ada rombongan tentara republik yang akan berpindah ke suatu
daerah tertentu, sebelum dilaksanakan pasti ada pemberitahuan. Penyampaian
berita, biasanya melalui seorang penghubung atau kurir.
Karena mengadakan penjelajahan dari pasar ke
pasar, maka tidak mengherankan apabila mereka sering melihat dan mendengar
kegiatan tentara Belanda di markasnya masing-masing. Dari orang-orang macam
beginilah informasi yang berkenaan dengan aktivitas Belanda dapat diketahui
oleh para Gerilyawan yang sedang bermarkas di pedesaan. Dengan demikian maka para
pejuang republik yang sedang bermarkas di pelosok pedesaan dapat menghindari
sergapan musuh, bahkan sebaliknya para Gerilyawan dapat melakukan penghadangan
terhadap tentara Belanda yang akan berpatroli.
Lapisan menengah yang terdiri atas para
pegawai atau guru sekolah rakyat pedesaan, memiliki kesempatan yang besar untuk
bertemu dengan pejabat pemerintah, Dan massa rakyat. Mereka banyak menyebarkan
ide-ide keindonesiaan yang sangat berguna untuk perjuangan kemerdekaan.
Pengetahuan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan
kepada masyarakat tentang berbagai perkembangan politik di Indonesia.
|
D. Taktik
Perang Gerilya dalam konteks Kekinian
Dalam situasi kekinian, salah satu hal yang mengancam
keutuhan NKRI adalah masalah disintegrasi bangsa akibat arus globalisasi dan
masalah keamanan nasional. Memang, saat ini kita tidak lagi dihadapkan adanya
penjajah perang, tetapi sejatinya kita tidak boleh terlena, karena saat ini
justru musuh-musuh terselubung yang tak tampak semakin menyerbu. Untuk masalah
keamanan misalnya dalam konteks kekinian. Guna menghadapi tantangan tugas TNI
kedepan yang lebih massif serta untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, maka Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya, perlu melakukan
langkah konkrit terhadap perubahan konsep lama yang lebih mengedepankan
pendekatan konvensional kepada konsep baru yang lebih komprehensif. Sehingga, diperlukan
usaha-usaha guna meningkatkan kemampuan dalam sistim pertahanan negara melalui
pertahanan wilayah, sehingga sekalipun terjadi ancaman terhadap kedaulatan
bangsa dan keutuhan wilayah negara Republik Indonesia, maka NKRI akan tetap
berdiri tegak dan utuh. Peningkatan pertahanan negara tersebut dapat dilakukan
melalui upaya peningkatan pertahanan wilayah-wilayah di Indonesia yang salah
satu diantaranya adalah mengoptimalkan daerah pangkal perlawanan. Daerah
pangkal perlawanan merupakan bagian tertentu dari satu ruang atau wilayah
pertahanan yang telah dipilih dan dipersiapkan sebagai pusat kegiatan atau
pusat pengendalian perlawanan terhadap musuh maupun lawan, terutama dalam
rangka pelaksanaan perang berlarut.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jenderal
Sudirman merupakan sosok patriot yang tidak dikenal menyerah dan jenius,
walaupun kesehatan pribadinya sangat parah dan terus menerus dikejar oleh
pasukan musuh (Belanda). Sebagai panglima besar, yang telah berhasil menanamkan
semangat, menggariskan strategi perlawanan rakyat semesta dan secara langsung
memimpin perang gerilya. Perlawanan yang tidak kenal menyerah yang akhirnya
membuat pasukan Belanda menyerah dan memaksa mengembalikan pemerintahan yang
berdaulat ke ibukota perjuangan Yogyakarta. Hal tersebut selayaknya patut diteladani
oleh para generasi muda untuk selalu semangat, optimis dan rela berkorban demi
bangsanya. Bersama-sama membangun bangsa Indonesia ke arah kemakmuran,
kesejahteraan, dan ketentraman. Pada hakikatnya bangsa kita adalah bangsa yang
terdiri dari beribu-ribu bangsa, suku dan budaya yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Dengan perbedaan tersebut sepatutnya kita saling menghormati
dan menyayangi bukanya kita malah melakukan deskriminasi.Perlu kita ingat bahwa
semboyan kita adalah BHINEKA TUNGGAL IKA yang artinya berbeda-beda tetapi tetap
satu.
Para
generasi muda sekarang sering melakukan tawuran antarsekolah, kampung dan
geng. Hal tersebut membuktikan bahwa
karakter asli bangsa kita telah luntur. Para generasi sekarang sudah tidak
mengenal para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kita bisa menghirup udara bebas dan lepas dari penjajahan adalah jerih payah
dan sekian banyak nyawa pejuang yang hilang dan tetesan darah para pejuang yang
memberikan kemerdekaan untuk kita nikmati sekarang. Sangat diharapkan kepada
pemerintah khususnya di bidang pendidikan memperbanyak memberikan waktu untuk
materi agama dan budi pekerti dimana sekarang ini para generasi muda telah lupa
dengan ciri karakter bangsa yang telah dicontohkan oleh para pahlawan
kemerdekaan.
B. SARAN
|
|
Belajar memiliki karakter Jenderal Sudirman yang memiliki keyakinan yang kuat, keilmuan yang universal,
ketangguhan fisik dan jiwa dalam melanjutkan nilai-nilai luhur para pahlawan
dan karakter mulia para pahlawan Indonesia. Mari kita tanggung jawab terhadap
pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, karena kitalah yang akan melanjutkan
estapet perjuangan bangsa dari perang dan penjajahan yang lebih bahaya dari
bahaya peperangan yang dilakukan oleh Sudirman
dan para pahlawan yang lainnya, perang terhadap keyakinan yang salah, perang
terhadap kebodohan, perang terhadap kerusakan moral, perang terhadap
ketergantungan pada orang lain, memerangi kemiskinan mental, memerangi
kemiskinan karakter, yang telah hilang dari kehidupan kita.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Tashadi Drs., dkk.
1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan
(1945-1949) Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud: Jakarta.
Tashadi Drs., dkk.
1992. Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan:Studi Kasus Keterlibatan
Beberapa Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1945 – 1949. Depdikbud:
Jakarta
http://dharianto97.blogspot.co.id/2013/11/peranan-d-ukuh-bibis-bantulyogyakarta.html (jumat,17 Juni 2016, 13.00 wita)
http://amriarrusdi.blogspot.co.id/2014/10/panglima-besar-jenderal-Sudirman.html,Diakses
pada hari Jumat,17 Juni 2016,jam 15.10 wita.
http://www.dakwatuna.com/2012/11/13/24098/belajar-membangun-karakter-dari-pahlawan-jenderal-Sudirman/#ixzz4Bo4ucfTw,Diakses pada jumat,17 Juni 2016,jam 15.20
wita
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar