Sabtu, 10 Februari 2018

MAKALAH SEABAD JENDERAL SOEDIRMAN,LASENAS 2016




MENGEJAWANTAHKANKARAKTER KEBANGSAAN DAN
TAKTIK PERANG GERILYA JENDERAL SUDIRMAN
DALAM KONTEKS KEKINIAN

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN LAWATAN SEJARAH NASIONAL 2016
Tanggal 25-29 Juli di DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur



Penyusun :
Nama Siswa : Fathurrahman
Guru Pembimbing : Sri Fatmawati,S.Pd




SMA NEGERI 10 BANJARMASIN
TAHUN 2016



KATA PENGANTAR

Segala  puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izinnya, makalah dengan judul MENGEJAWANTAHKAN KARAKTER KEBANGSAAN DAN TAKTIK PERANG GERILYA JENDERAL SUDIRMAN DALAM KONTEKS KEKINIANdapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan LAWATAN SEJARAH NASIONAL 2016. Tanggal 25 – 29 Juli 2016 di  DI Yogyakarta dan Propinsi Jawa Timur, yang diadakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam hal metode penulisan maupun kedalaman kajiannya. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun makalah ini, penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan  saran dan kritik membangun demi  kesempurnaan isi makalah ini di masa yang akan datang.Atas semua masukan, saran dan arahannya penulis mengucapkan terima kasih.




                                                                                                      Banjarmasin,   Juni 2016
                                                                                                     
                                                                                                     
                                                                                                      Penulis









i
DAFTAR ISI

                                                                                                                                    Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………   i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..    ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………………………….    1
B.     Rumusan Masalah,……………………………………………………………….     2
C.     Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………….     2
D.    Manfaat Penulisan Makalah………………………………………………………    2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Kehidupan Jenderal Sudirman dan karakter kebangsaannya...…     3
B.     PerananJenderalSudirman dalam  Perang Gerilya………………………………      5
C.     Keterlibatan Masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya…………………….    7
D.    Taktik Perang Gerilya dalam Konteks Kekinian…………………………………    10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………………………………     11
B.     Saran……………………………………………………………………………..     11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………    iii














ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Soedirman nama yang sangat fenomenal, anak muda yang gagah perkasa dan pemberani, pemuda yang tidak takut mati. Masa mudanya menemukan momentum yang sangat sulit dalam kehidupannya, namun kondisi saat masyarakat Indonesia dan tanah air terjajah, disana Sudirman bangkit dengan cita-cita dan harapan mulia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Kerasnya penjajahan di zaman Belanda menjadikan Indonesia berdarah-darah dan kehilangan para pejuang kemerdekaan, banyak nenek moyang kita mati diterpa peluru panas, keringat bercucuran di tengah terik matahari karena menahan beban berat yang dipikul, sedangkan mereka yang ditangkap dipecut, dipukul bertubi-tubi bahkan ditembaki sampai mati. Sebuah potret kejahatan yang dilakukan pada masyarakat Indonesia oleh penjajah yang kejam tidak mengenal perikemanusiaan dan keadilan, hal ini menjadi catatan sejarah kesedihan yang diderita bangsa Indonesia.
Di saat itulah, Panglima besar Jenderal Sudirmanmuncul sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat dikategorikan sebagai tokoh yang memiliki nama besar. Namun siapa sangka nama besar yang beliau raih, bukan berarti beliau berasal kalangan berada dan keturunan orang besar, tetapi justru beliau berasal dari rakyat biasa. Sifat-sifat seperti kesederhanaan, agamis, dan pemberani menjadi senjata ampuh dalam mengusir para penjajah dan konsistensi mempertahankan kemerdekaan RI.
Sifat kesederhanaan, agamis, dan pemberani dari sang Jenderal Sudirman mutlak “wajib” kembali dibangkitkan di kalangan generasi muda Indonesia dalam suasana ancaman, tantangan, dan hambatan arus globalisasi yang semakin nyata dan perang pemikiran yang semakin gencar. Penerapan sifat-sifat Jenderal Sudirmantidak timbul dengan sendirinya, tetapi muncul secara bertahap pada diri seseorang, yaitu dengan seringnya berperilaku terpuji yang diketahuinya dan kemudian bisa diaplikasikan kepada kehidupannya sehari-hari secara terus menerus.





1
 
 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumus masalah dalam makalah ini,yaitu :
1.   Bagaimana latar belakang kehidupan JenderalSudirman dan karakter kebangsaannya?
2.   Bagaimana peran Jenderal Sudirman dalam Perang Gerilya?
3.   Bagaimana keterlibatan Masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya?
4.   Bagaimana taktik Perang Gerilya dalam konteks kekinian ?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.      Memupuk rasa kebangsaan di kalangan anak muda.
2.      Meneladani sikap perjuangan Jenderal Sudirman melalui karakter kebangsaan yang tertanan dalam diri Jenderal Sudirman.
3.      Menumbuhkan karakter kebangsaan pada jiwa generasi muda.
4.      Mengenang dan menghargai nilai-nilai luhur para pahlawan bangsa.
5.      Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

D.    Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Meningkatkan pemahaman wawasan kebangsaan sebagai warga Negara Indonesia.
2.      Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam memperkokoh dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).













2
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar belakang JenderalSudirman dan karakter kebangsaan
Jenderal Sudirman merupakan pahlawan Nasional, yang dilahirkan di Desa Bantarbarang, Kecamatan (Bodaskarangjati) Rembang Kabupaten Purbalingga, pada tanggal 24 Januari 1916. Putra dari R.Tjokrosoenarjo, Asisten Wedana Onderdistrik Bodaskarangjati/Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga.Pendidikan Sudirmanadalah HIS (Sekolah Rakyat) dan melanjutkan di Taman Dewasa, yang kemudian pindah ke perguruan kebangsaan Mulo (SMP) Wiworo Tomo. Di Wiworo Tomo inilah, Sudirman amat menekuni pelajaran Bahasa Inggris,Ketatanegaraan,Sejarah Indonesia,Sejarah Dunia dan Agama. Dalam soal Agama Sudirman amat serius, sehingga beliau pernah mendapat julukan “Kajine” di MULO Wiworo Tomo, beliau menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1934 dan melanjutkan ke HIK (Sekolah Guru) Muhammadiyah Solo, namun hanya satu tahun karena Ayahanda R. Tjokrosoenarjo wafat. Pada tahun 1935, beliau kembali ke Cilacap dan menjadi guru HIS (Sekolah Rakyat) Muhammadiyah Cilacap.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan Sudirman dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun Sudirman sudah menjadi seorang Jenderal.
Meski menderita sakit paru-paru yang parah, Jenderal Sudirmantetap bergerilya melawan Belanda. Beliau juga merupakan Pahlawan Pembela kemerdekaan yang tidak peduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya Sudirman tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda di Republik ini.Sudirman waktu muda juga terkenal disiplin dan giat di Organisasi Pramuka Hizbul Wathan.Ia kemudian menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang, disebabkan karena Kedisiplinan, Jiwa pendidik dan Kepanduannya
Jenderal Sudirman juga merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya.Sudirmanselalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa dan Negara.
Pendidikan militernya diawali dengan mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air(Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, Sudirmandiangkat menjadi komandan batalyon di Kroya.                                                       


3
 
 
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, Sudirmanberhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanaan Rakyat(TKR) terbentuk, Sudirmankemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, Pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden.
Sudirman nama yang sangat fenomenal, anak muda yang gagah perkasa dan pemberani, pemuda yang tidak takut mati. Masa mudanya menemukan momentum yang sangat sulit dalam kehidupannya, namun kondisi saat masyarakat Indonesia dan tanah air terjajah, Sudirman bangkit dengan cita-cita dan harapan mulia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Saat itu Sudirman muda yang berumur sekitar 29 tahun, di saat Indonesia menangis dan masyarakatnya terjajah, dengan serangan dan jajahan para penjajah yang sangat menyakitkan dan ganas bahkan mematikan, Sudirman dengan keyakinannya dan kedekatannya yang menciptakannya, ia terpanggil untuk melawan dan tidak diam begitu saja, Sudirman berdiri tegak melakukan perlawanan terhadap penjajah bersama sahabat-sahabatnya.
Seperti yang kita kenal, Jenderal Besar TNI Anumerta Sudirman adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, Sudirman dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat umurSudirman 31 tahun, beliau telah menjadi seorang Jenderal.
Karakter yang dimiliki Sudirman menjadikan dia mampu menumpas dan memukul mundur serta mengalahkan penjajah bangsa Indonesia, dia dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang memiliki keyakinan yang dalam, ibadahnya rajin, teguh pada prinsip, memiliki keilmuan dalam mengatur strategi peperangan dalam melawan penjajahan, dan tidak takut mati dalam berjuang, dalam sejarah juga kita mengenal Sudirman lebih mengedepankan kepentingan masyarakat dan bangsanya dari pada kepentingan pribadinya, Sudirman adalah orang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
4
 
Karakter berkorban menjadi potret besar Sudirman terlihat pada sebuah kejadian, pada saat itu Jenderal Sudirmanmasih sakit, yang sebelumnya telah menjalani operasi
mengakibatkan sebuah paru-parunya tidak berfungsi lagi. Panglima Besar berangkat ke Istana untuk menerima instruksi dari Presiden. Presiden menasihati agar Sudirman kembali ke rumah karena masih sakit, ketika Presiden mengajak untuk tinggal di dalam Kota, Sudirman menjawab dengan kata “saya tidak mau tetap dalam kota. Buat saya yang penting adalah anak-anak buah saya, tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan gerilya dengan sekuat tenaga seluruh prajurit”. Sungguh luar biasa, sebuah bentuk kesatuan keyakinan bahwa, dengan persatuan dan kesatuan yang utuh antar anggota akan mampu menghadirkan kekuatan yang besar walau di badan terdapat luka yang berat.
Sikap dan perbuatan Jenderal Sudirmansebagai prajurit TNI dan warga negara RI, merupakan pencerminan jiwa dan semangat juang 45. Bukan keharuman nama pribadi, melainkan nilai kehormatan bangsanya yang hendak dicapainya. Sudirman termasuk orang yang rela menerima apa yang sedang dihadapinya dan menggunakan apa adanya. Pangsar Jenderal Sudirman menjabat pimpinan organisasi apapun, menjadi pimpinan WMPM Banyumas, menjadi ketua kepanduan seluruh Banyumas, kepala sekolah Muhammadiyah dan menantu orang kaya, menjadi anggota DPR (Coo Sangi In), menjadi Ketua Badan Pengumpulan Bahan Makanan, menjadi Daidanco, diserahi gudang beras dan gudang pakaian yang isinya bertumpuk-tumpuk, Kepala BKR Banyumas, Menjadi kepala Tertinggi TKR dan menajadi Panglima Besar tetap menjadi Sudirman dengan sikap hidup, pribadi serta cara hidup yang sederhana, tekun dan taat terhadap agama.
B.     Peranan Jenderal Sudirman dalam Perang Gerilya
Pasukan tentara Belanda melakukan serangan penyerangan militer II melakukan serangan dari udara laut dan darat keseluruh wilayah nusantara, pada tanggal 19 Desember 1948. Tujuanya tidak lain untuk menguasai nusantara kembali dengan cara keseluruhan, dari pihak Indonesia tak mungkin melakukan perlawanan perang melewati perang stelling alias frontale corlog, disebabkan peralatan yang tak lebih dari sisi persenjataan yang tak lebih memadai untuk mempersiapkan alat alat itu tak memungkinkan bagi Indonesia sebab Indonesia yang baru membentuk Negara maka belum siap untuk mempersiapkan alat alat perang itu.
Text Box:  Pasukan Indonesia wajib mencari tutorial lain untuk menghadapi serangan pasukan Belanda yaitu dengan taktik perang gerilya. Serangan tentara Belanda itu datangnya sangat mendadak atau sekonyong-konyong, sehingga sulit dibendung atau dihadapi oleh Indonesia dengan cara langsung. Perang gerilya  menjadikan solusi saat deadlock guna menghadapi


5
 
 
masa perang yang panjang dan juga menghindari korban yang tak sedikit tetapi kadang-kadang rakyat dan para tentara kami tak lebih memahami taktik gerilya tersebut.            
Perang Gerilya merupakan teknik mengepung dengan cara tak terkesan (infisibble).Perang Gerilya adalah bentuk perang yang tak terbelit dengan cara resmi pada ketentuan perang.Saat itu Perang Gerilya dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
Perang Gerilya bangsa Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
·                     Menghindari perang terbuka
·                     Menghantam musuh dengan cara tiba-tiba
·                     Menghilang ditengah lebatnya hutan alias kegelapan malam
·                     Menyamar sebagai rakyat biasa.
Memasuki akhir tahun 1947, tentara republik yang bergerilya mulai terorganisir dan mempunyai komando gerilya yang dinamis. Akibatnya belanda menjadi kesulitan untuk menggempur tentara republik.setiap target yang diserang belanda,banyak yang telah kosong,namun pada saat yang tak disangka-sangka,tentara republik menyerang kedudukan Belandadengan cepat.Saat Belanda kembali menggencarkan serangan, kubu-kubu tentara republik telah kosong.
Dengan demikian,Belanda hanya menguasai kota-kota besar dan jalan raya. Seusai itu Sudirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota. Perjalanan bergerilya selagi delapan bulan ditempuh tak lebih lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sering Sudirman wajib ditandu alias digendong sebab dalam keadaan sakit keras. Seusai berpindah-pindah dari berbagai desa rombongan Sudirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah satu pokok isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-kantong gerilya maka seluruh Pulau Jawa bakal menjadi medan gerilya yang luas. Salah satu pasukan yang wajib melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi.
6
 
Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini dikenal dengan nama Long March Siliwangi. Perjalanan yang jauh, menyeberangi sungai, mendaki gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan musuh. Sesampainya di Jawa Barat mereka terpaksa pula menghadapi gerombolan DI/TII. Dalam serangan itu Belanda sukses menawan presiden,wakil presiden,dan berbagai pejabat tinggi lainnya.Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat (Dekat Danau Toba) dan kemudian ke Bangka.Wakil Presiden Hatta langsung ditawan di Bangka.Setelah itu Belanda menyiarkan kabar keseluruh dunia yang menyebutkan bahwa RI telah tak ada  dan perlawanan TNI sama sekali tak berarti.Propaganda seperti ini jelas menyudutkan kedudukan RI di mata dunia Internasional. Kendati demikian,sebelum para pemimpin republik ditawan,Presiden Soekarno tetap semangat memimpin sidang kabinet dengan cara singkat.Hasil sidang kabinet tersebut yakni sebagai berikut :
·         Pemerintahan Republik Indonesia memberikan amanah melalu radiogram terhadap Menteri Kemakmuran Mr.Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI) dibukittinggi,Sumatra.
·         Presiden dan Wapres tetap tinggal didalam kota supaya tetap dekat dengan KTN dengan resiko ditawan Belanda.
·         Pemimpin TNI bakal menyingkir keluar kota untuk melaksanakan perang gerilya dengan membentuk wilayah komando di Jawa dan Sumatra.
Penyerangan Militer Belanda 2 ini mengajak reaksi dan kecaman dari dunia Internasional.Belanda dinilai rutin mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia.Belanda pun dianggap tak menghormati setiap persetujuan yang dibuatnya.Oleh sebab itu,Dewan Keamanan PBB mulai menuturkan penyerangan Belanda yang kedua ini.Dalam pertemuan tanggal 28 Januari 1949,Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan penghentian semua operasi militer Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya tentara Republik. Tidak hanya mendapat tekanan dari DK PBB, aksi militer Belanda kedua ini nyatanya tak didukung oleh negara boneka buatannya sendiri.Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundah mencela dan memprotes Penyerangan militer kedua ini.Demikian juga Amerika Serikat yang dengan cara positif telah merubah pandangan atas Indonesia,segera memberikan tekanan politik terhadap Belanda.AS mengancam tak bakal memberikan bantuan dana dari program Marshall Plan terhadap Belanda. Dampak terus menerus memperoleh tekanan politik dari dunia internasional dan terus besarnya performa pasukan Republik melancarkan serangn gerilya,akhirnya Belanda menerima resoulusi DK PBB. Resoulusi DK PBB itu telah mengakhiri aksi Belanda dalam penyerangan militer keduanya.

C.    Keterlibatan masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya
7
 
Daerah-daerah pedesaan seluruh wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakartaternyata sangat berperan aktif dalam mendukung perjuangan menentang tentara pendudukan Belanda. Keterlibatan dan peran serta aktif masyarakat pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta itu tidak terbatas dibidang pertahanan saja, melainkan sangat kompleks diantaranya penyediaan perbekalan dengan melalui dapur umum, bidang kesehatan dan lain sebagainya.
Kesemuanya itu dilakukan oleh masyarakat desa dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab yang besar. Mereka mampu menjalin hubungan yang akrab dengan militer maupun dengan para pengungsi yang dating dari daerah lain. Bahkan lebih dari semua itu masyarakat desa di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta ternyata rela mengorbankan baik harta benda maupun jiwa dan raga.
Peranan Masyarakat dalam mendukung Perang Gerilya antara lain sebagai berikut :
a.       Partisipasi Masyarakat (Dapur Umum, PMI)
Pada waktu di Daerah Istimewa Yogyakarta sedang perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang, maka kaum Ibu tidak tinggal diam. Mereka ikut berbuat jasa dan berdarma bakti terhadap Nusa dan Bangsangnya. Jasa-jasa yang telah diabdikan oleh kaum ibu di antaranya bergiat menyelenggarakan dapur Umum. Apakah arti dapur umum itu? Secara harafiah dapur berarti bagian rumah tempat masak-memasak; dan Dapur Umum artinya tempat menyediakan makanan untuk umum. Kaum ibu dalam arusnya revolusi itu dengan penuh keihklasan dan sukarela ikut menyediakan makanan dan minuman untuk kepentingan para pejuang. Jasa kaum ibu itu, tidak dapat kita abaikan. Tanpa ada yang memerintah dengan kesadaran sendiri dan ke luar dari inisiatif mereka sendiri, menyediakan makanan dan minuman secara sukarela kepada para pejuang. Di mana-mana dengan tidak memperhitungkan modan dan dari mana bahan makanan itu didapat, dapur umum didirikan. Ini menunjukkan bahwa semua penduduk dengan sangat rela mengorbankan baik harta benda maupun jiwa raganya.
Partisipasi yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia atau PMI semalam masa revolusi kemerdekaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Peranan PMI sangat besar, misalnya dalam memberikan pertolongan dan pengobatan, terhadap para pejuang yang luka-luka atau sakit, dan sebagainya. Di daerah Yogyakarta, pada masa revolusi kemerdekaan para remaja puteri khusunya dan pemuda pemudi, pelajar umumnya dengan sukarela menyediakan diri sebagai tenaga Palang Merah Indonesia. Bagi mereka yang telah cakap, trampil dan cukup umur dikirim di front untuk memberikan pertolongan dan perawatan terhadap para pejuang yang sakit dan luka. Tetapi bagi para muda-mudi yang masih belum cukup umur dan belum memiliki kecakapan harus khusus diperbantukan di garis belakang.


8
 
 


b.      Rakyat Desa dan Jaringannya
Rakyat sebagai kekuatan massa terikat oleh kesatuan daerah, kesamaan adat dan agama. Ikatan-ikatan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk menyambung hubungan antara kekuatan militer yang datang dari luar dengan rakyat. Untuk menghubungkan kekuatan rakyat dengan militer jaringan administraf berperan untuk menata hubungan ini.
Hal ini dirasa penting untuk memberi gambaran yang agak realitas tentang keterlibatan masyarakat desa dalam revolusi. Di sini rakyat desa dapat dipandang sebagai kekuatan politis yang mampu memperkokoh diplomasi internasional pemerintahan Republik. Sisi lain rakyat merupakan kekuatan logistik yang sangat dibutuhkan dalam perang gerilya. Oleh karenanya ke terlibatan rakyat pedesaan dalam revolusi melangsungkan kehidupan bernegara.Bilamana ada rombongan tentara republik yang akan berpindah ke suatu daerah tertentu, sebelum dilaksanakan pasti ada pemberitahuan. Penyampaian berita, biasanya melalui seorang penghubung atau kurir.
Karena mengadakan penjelajahan dari pasar ke pasar, maka tidak mengherankan apabila mereka sering melihat dan mendengar kegiatan tentara Belanda di markasnya masing-masing. Dari orang-orang macam beginilah informasi yang berkenaan dengan aktivitas Belanda dapat diketahui oleh para Gerilyawan yang sedang bermarkas di pedesaan. Dengan demikian maka para pejuang republik yang sedang bermarkas di pelosok pedesaan dapat menghindari sergapan musuh, bahkan sebaliknya para Gerilyawan dapat melakukan penghadangan terhadap tentara Belanda yang akan berpatroli.
Lapisan menengah yang terdiri atas para pegawai atau guru sekolah rakyat pedesaan, memiliki kesempatan yang besar untuk bertemu dengan pejabat pemerintah, Dan massa rakyat. Mereka banyak menyebarkan ide-ide keindonesiaan yang sangat berguna untuk perjuangan kemerdekaan. Pengetahuan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang berbagai perkembangan politik di Indonesia.
9
 
Dari berbagai peristiwa dan berbagai proses persentuhan antara desa dengan revolusi telah melahirkan sejumlah peranan baru bagi penduduk desa dari berbagai lapisan masyarakat yang ada. Namun sifat hubungan yang dikembangkan masih berdasar pada pola hubungan sosial ekonomi tradisonal yang telah lama tumbuh. Ini berarti jaringan administratif dan jaringan sosial tradisional dipergunakan sebagai perangkat revolusi. Di sini rakyat yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat difungsikan untuk mendukung pemerintahan gerilya dalam merentangkan jaringan pertahanan.

D.    Taktik Perang Gerilya dalam konteks Kekinian
Dalam situasi kekinian, salah satu hal yang mengancam keutuhan NKRI adalah masalah disintegrasi bangsa akibat arus globalisasi dan masalah keamanan nasional. Memang, saat ini kita tidak lagi dihadapkan adanya penjajah perang, tetapi sejatinya kita tidak boleh terlena, karena saat ini justru musuh-musuh terselubung yang tak tampak semakin menyerbu. Untuk masalah keamanan misalnya dalam konteks kekinian. Guna menghadapi tantangan tugas TNI kedepan yang lebih massif serta untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya, perlu melakukan langkah konkrit terhadap perubahan konsep lama yang lebih mengedepankan pendekatan konvensional kepada konsep baru yang lebih komprehensif. Sehingga, diperlukan usaha-usaha guna meningkatkan kemampuan dalam sistim pertahanan negara melalui pertahanan wilayah, sehingga sekalipun terjadi ancaman terhadap kedaulatan bangsa dan keutuhan wilayah negara Republik Indonesia, maka NKRI akan tetap berdiri tegak dan utuh. Peningkatan pertahanan negara tersebut dapat dilakukan melalui upaya peningkatan pertahanan wilayah-wilayah di Indonesia yang salah satu diantaranya adalah mengoptimalkan daerah pangkal perlawanan. Daerah pangkal perlawanan merupakan bagian tertentu dari satu ruang atau wilayah pertahanan yang telah dipilih dan dipersiapkan sebagai pusat kegiatan atau pusat pengendalian perlawanan terhadap musuh maupun lawan, terutama dalam rangka pelaksanaan perang berlarut.
10
 
Sistem pertahanan dengan taktik perang gerilya ala Jenderal Sudirman, tepat diterapkan terlebih apabila bangsa ini dihadapkan pada perkembangan kehidupan sosial masyarakat yang lebih modern, menuntut pengembangan sistem pertahanan yang lebih dinamis dan dapat diterima oleh masyarakat dalam rangka menghadapi ancaman maupun invasi musuh.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jenderal Sudirman merupakan sosok patriot yang tidak dikenal menyerah dan jenius, walaupun kesehatan pribadinya sangat parah dan terus menerus dikejar oleh pasukan musuh (Belanda). Sebagai panglima besar, yang telah berhasil menanamkan semangat, menggariskan strategi perlawanan rakyat semesta dan secara langsung memimpin perang gerilya. Perlawanan yang tidak kenal menyerah yang akhirnya membuat pasukan Belanda menyerah dan memaksa mengembalikan pemerintahan yang berdaulat ke ibukota perjuangan Yogyakarta. Hal tersebut selayaknya patut diteladani oleh para generasi muda untuk selalu semangat, optimis dan rela berkorban demi bangsanya. Bersama-sama membangun bangsa Indonesia ke arah kemakmuran, kesejahteraan, dan ketentraman. Pada hakikatnya bangsa kita adalah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu bangsa, suku dan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan perbedaan tersebut sepatutnya kita saling menghormati dan menyayangi bukanya kita malah melakukan deskriminasi.Perlu kita ingat bahwa semboyan kita adalah BHINEKA TUNGGAL IKA yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Para generasi muda sekarang sering melakukan tawuran antarsekolah, kampung dan geng.  Hal tersebut membuktikan bahwa karakter asli bangsa kita telah luntur. Para generasi sekarang sudah tidak mengenal para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita bisa menghirup udara bebas dan lepas dari penjajahan adalah jerih payah dan sekian banyak nyawa pejuang yang hilang dan tetesan darah para pejuang yang memberikan kemerdekaan untuk kita nikmati sekarang. Sangat diharapkan kepada pemerintah khususnya di bidang pendidikan memperbanyak memberikan waktu untuk materi agama dan budi pekerti dimana sekarang ini para generasi muda telah lupa dengan ciri karakter bangsa yang telah dicontohkan oleh para pahlawan kemerdekaan.

B.     SARAN
11
 

 
            Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami berharap kita sebagai penerus bangsa dapat termotivasi untuk melanjutkan perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia, khususnya yang dibahas dalam makalah ini adalah Jenderal Sudirman , agar kita dapat melanjutkan perjuangan beliau dengan cara mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh para pejuang kita, menghormati para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan, menjaga ketertiban dan keamanan di Indonesia, dan ikut serta menjaga dan mengharumkan nama Indonesia.
Belajar memiliki karakter Jenderal Sudirman yang memiliki keyakinan yang kuat, keilmuan yang universal, ketangguhan fisik dan jiwa dalam melanjutkan nilai-nilai luhur para pahlawan dan karakter mulia para pahlawan Indonesia. Mari kita tanggung jawab terhadap pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, karena kitalah yang akan melanjutkan estapet perjuangan bangsa dari perang dan penjajahan yang lebih bahaya dari bahaya peperangan yang dilakukan oleh Sudirman dan para pahlawan yang lainnya, perang terhadap keyakinan yang salah, perang terhadap kebodohan, perang terhadap kerusakan moral, perang terhadap ketergantungan pada orang lain, memerangi kemiskinan mental, memerangi kemiskinan karakter, yang telah hilang dari kehidupan kita.
























12
 
 
DAFTAR PUSTAKA


Tashadi Drs., dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud: Jakarta.
Tashadi Drs., dkk. 1992. Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan:Studi Kasus Keterlibatan Beberapa Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1945 – 1949. Depdikbud: Jakarta


iii
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar