Sabtu, 10 Februari 2018

ATAMBUA ,KAWASAN 2014 SRI FATMAWATI



MAKALAH

MEMPERKOKOH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI WAWASAN KEBANGSAAN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
Diajukan sebagai Persyaratan Mengikuti Kegiatan Kemah di Wilayah Perbatasan (KAWASAN) Tingkat Nasional Diselenggarakan di
Kecamatan Atambua,Kabupaten Belu
 pada tanggal  25 – 29 Mei 2014



DISUSUN OLEH
SRI FATMAWATI,S.Pd
                                                                                               




BANJARMASIN
KALIMANTAN SELATAN

 
2014
KATA PENGANTAR

Segala  puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan ijinnya, makalah yang berjudul MEMPERKOKOH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI WAWASAN KEBANGSAAN DALAM PERSPEKTIFSEJARAH dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratanMengikuti Kegiatan Kemah di Wilayah Perbatasan (KAWASAN) Tingkat Nasional di Kecamatan Atambua,Kabupaten Belu pada tanggal  25 – 29 Mei 2014 yang diadakan oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam hal metode penulisan maupun kedalaman kajiannya. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun makalah ini, penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga makalah ini dapat dijadikan gambaran tentang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan  saran dan kritik membangun demi  kesempurnaan isi makalah ini di masa yang akan datang.
Demikian atas semua masukan, saran dan arahannya penulis mengucapkan terima kasih.Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasannya.      


                                                                                                      Banjarmasin,  Maret  2014
                                                                                                     
                                                                                                     
                                                                                                      Penulis




DAFTAR ISI
                                                                                                                                    Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah ............................................................................3
B.   Rumusan Masalah .....................................................................................4
C.   Tujuan Penulisan Makalah........................................................................     4
D.   Manfaat Penulisan Makalah .......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.   Memahami Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan ……….                              ..6
B.   Cara Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia……………...  ..7
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan ...............................................................................................10
B.   Saran ........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................         11




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar  Belakang  Masalah
Nama Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) sejatinya merupakan perwujudan dari upaya segenap bangsa Indonesia dalam mempersatukan seluruh daerah dalam cakupan kawasan NKRI.Daerah-daerah tersebutmerupakanbagianpenyusun NKRI.Tatkala ada daerah yang terlepas maka bagianpenyusun NKRI akan tidak sempurna lagi. Jadi, daerah adalah bagian penting bagi NKRI.
Dilihat dari sudut sejarah, bangkitnya kembali suatu bangsa yang telah kehilangan identitasnya selama tiga setengah abad merupakan merupakan sutau proses panjang. Proses itu biasanya dimulai dengan munculnya satu kesadaran tentang harga diri dan menyadari bahwa dia telah diperlakukan sewenang-wenang. Dan sadar harus berjuang memperbaiki nasibnya. Penindasan yang lama membuat pemuda, pelajar, mahasiswa seluruh Hindia Belanda memiliki perasaan senasib dan menumbuhkan watak menentang kolonialisme (Lalanlangi, 2012).
Sejarah Indonesia mencatat, kesadaran semacam ini muncul pertama kali ketika lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Sejak itu muncullah gerakan pemuda di berbagai daerah yang terdorong kesadaran yang sama di kalangan semua etnis yang ada di Nusantara untuk mengusir penjajah. Atas prakarsa perkumpulan Pemuda Pelajar Indonesia, diselenggarakan Kongres Pemuda Indonesia I pada 30 April – 2 Mei 1926 dan mereka membentuk satu organisasi dengan meleburkan semua organisasi pemuda yang masih bernapas kesukuan dengan dasar nasionalisme Indonesia menuju ke arah terwujudnya Indonesia Raya. Kongres Pemuda Indonesia II pada tanggal 26 – 28 Oktober 1928 tersebut menghasilkan Sumpah Pemuda dan menjadi napas dan jiwa perjuangan pemuda Indonesia, bahkan menjadi napas dan jiwa perjuangan seluruh bangsa dan rakyat Indonesia.
Bangsa Indonesia lahir dari keanekaragaman suku, agama, budaya, bahasa, dan daerah asal yang tersebar luas dalam ribuan pulau perlu menyepakati suatu cara hidup bersama dalam kebhinekaan sebagai warga negara suatu bangsa. Salah satu cara hidup bersama itu ialah cara pandang tentang diri dan lingkungan dalam mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan nasional. Cara pandang yang dimaksud bagi bangsa Indonesia ialah wawasan nusantarayang mengacu pada kondisi dan konstelasi geografi, sosial budaya, serta faktor kesejarahan, dan perkembangan lingkungan. Dengan demikian, konsepsi yang terkandung di dalamnya merupakan simpulan dari pengalaman masa lalu dan lingkungannya yang relevan saat ini serta valid di masa datang, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan interaksi antar komponen bangsa dan bahkan dunia dalam hidup bersama dan berdampingan yang damai dan saling bermanfaat (Rachman, Arif :2012).
Bangsa Indonesia yang menegara merupakan suatu kenyataan meskipun bila ditinjau dari asal-usul dan terjadinya merupakan keluarbiasaan yang tergolong sangat unik. Hal ini dimungkinkan karena ada faktor pendorong dan pengikat yang kuat. Konsepsi Wawasan Nusantara mengandung faktor-faktor yang dimaksud, yang bila diimplementasikan dapat memperkuat dorongan dan ikatan yang mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, yang dijiwai rasa kekeluargaan, persaudaraan dan kebersamaan sehingga, terpeliharanya kesatuan wilayah nasional. Di atas kondisi yang tercipta dari Ideologi Pancasila, Ketahanan Nasional dengan Kewaspadaan serta Wawasan Nusantara, selanjutnya dapat dibangun dan dilaksanakan pembangunan nasional, yang memungkinkan tercapainya tujuan Nasional sesuai dengan harapan bersama. kita sebagai generasi penerus harus tetap memelihara, menjaga nilai-nilai kejuangan sebagai motivasi untuk memajukan bangsa dan negara yang kita cintai ini yaitu tetap tegaknya dalam bingkai NKRI.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumus masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.    Bagaimana memahami nilai-nilai wawasan kebangsaan?
2.    Bagaimana cara memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia?

C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.    Memahami nilai-nilai wawasan kebangsaan.
2.    Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D.   Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk:
1.    Meningkatkan pemahaman wawasan kebangsaan sebagai warga negara Indonesia.
2.    Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.











BAB II
PEMBAHASAN

A.   MemahamiNilai-Nilai Wawasan Kebangsaan
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia, yangdijiwai nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 serta memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan lingkungan keberadaannya yang sarwanusantara dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan tanggung jawab, motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta Kesatuan Wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapaitujuan nasional (Rachman, Arif:2012).
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan aspirasi bangsa merdeka, berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Pemahaman ruang untuk memperkokoh Wawasan Nusantara menitikberatkan pada kenyataan bahwa Indonesia sebagai ruang negara agraris yang didominasi oleh penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Kenyataan lain bahwa ruang Indonesia sebagai negara maritim-kepulauan yang memiliki potensi laut dan perbatasan laut dengan negara lain. Batas-batas ruang ini perlu dikenali dan dipahami agar Wawasan Nusantara semakin kokoh dan tujuan pembangunan nasional terwujud. Selanjutnya pendidik memiliki peran dalam upaya peningkatan pemahaman spasial melalui model pembelajaran yang sesuai(Rudiono:2013).
Dari pengalaman sejarah bangsa, sejak Budi Utomo 1908  yang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan ikrar Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945 sampai dengan saat ini, kita telah mangalami pasang surut dan dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini kita telah masuk pada era globalisasi, transparansi dan reformasi yang sedang menguji keberadaan bangsa Indonesia, tanpa disadari keadaan tersebut telah mampu mengeser nilai-nilai bangsa yang selama ini terpatri kuat dan menjiwai kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila tidak lagi menjadi bagian yang harus dimengerti, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya telah menjurus kearah kehidupan individualistik dan materalistik  yang mengakibatkan semakin jauh dari nilai-nilai jati diri, kepribadian dan keimanan bangsa Indonesia (Rachman, Arif :2012).
Kecenderungan semakin memudarnya wawasan kebangsaan tercermin dari perilaku hidup yang semakin memprihatinkan. Sentimen dan fanatisme suku, ras dan antar golongan semakin menonjol sehingga seringkali rentan terhadap terjadinya gesekan-gesekan dan konflik bernuansa SARA diberbagai daerah. Kondisi tersebut diperparah oleh perbuatan sebagian kelompok masyarakat yang secara sadar menjual bangsanya sendiri kepada bangsa asing dengan menguasai isu-isu HAM, demokratisasi dan lingkungan hidup untuk kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan kepentingan bangsa yang lebih besar. Sulit rasanya bagi bangsa Indonesia untuk kembali bangkit dari keterpurukan saat ini ditengah deras masuknya faham asing yang bertentangan dengan faham Pancasila sehingga ancaman terjadinya disintegrasi bangsa tanpa disadari telah mengancam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia.

B.   Cara memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia
Cara memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa dilakukan denganbeberapa cara, antara lain dengan mengingat sejarah, menghormati para pahlawan, melupakan masalah disintegrasi bangsa, dan memperhatikan wilayah perbatasan.
1.    Mengingat Sejarah
Menurut catatan sejarah,sebelum menjadi sebuah negara,bangsa Indonesia mengalami masa kejayaan yang gemilang.Dua kerajaan Nusantara,Majapahit, dan Sriwijaya misalnya,dikenal sebagai pusat-pusat kerajaan Nusantara yang pengaruhnya menembus batas-batas teritorial dimana dua kerajaan itu berdiri. Kebesaran dua kerajaan Nusantara tersebut telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya ketika penjajahan asing menancapkan kuku imperialismenya.Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajahan,menurut banyak ahli,telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasional Indonesia (Ubaedillah, A:2009).
2.    Menghormati Para Pahlawan
Peribahasa mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para  pahlawannya. Kita memiliki pahlawan-pahlawan, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal di negeri ini.Untuk menghormati jasa para pahlawan, kita melaksanakan ritual-ritual kebangsaan dengan harapan agar kita dapat menghayati dan mencontoh pengorbanan mereka. Kita memperingati HUT proklamasi kemerdekaan,upacara bendera,hari pahlawan, namun kadangkala itu semua hanya sebagai rutinitas belaka.Untuk menanamkan nilai kepahlawanan kepada generasi yang akan datang,tidak ada salahnya sekali-kali secara sukarela kita mengajak anak  istri kita mengunjungi taman makam pahlawan yang tersebar di setiap kota di negeri ini (Choromaster:2012).
3.    Melupakan Masalah Disintegrasi Bangsa
Melupakan masalah disintegrasi bangsa bukan dimaksudkan untuk mengesampingkan masalah disintegrasi yang semakin tajam di negeri ini.Disintegrasi bangsa berakar dari masalah kemakmuran yang tidak merata.Jika pendapatan perkapita rakyat semakin meningkat,maka keinginan penduduk negeri ini semakin banyak,termasuk hasrat untuk berkunjung keberbagai penjuru negeri baik dalam rangka berwisata atau bersilaturrahmi dengan saudara mereka.Hal tersebut tentu berefek pada meningkatnya asimilasi kebudayaan dan pembauran antarwarga negara. Penduduk di Indonesia Barat akan berbaur dengan pendudukan di Indonesia Timur,demikian juga sebaliknya.Makin kentalnya pembauran,asimilasi dan akulturasi masyarakat dan budaya akan semakin mengaburkan sifat kesukuan dan perbedaan masing-masing.Kita akan merasa sebagai satu bangsa yang memiliki nasib,hak dan kewajiban yang sama,tidak peduli ia berasal dari Sumatra,Jawa, Kalimantan,Sumantra,Nusa Tenggara,Maluku, atau Papua sehingga kita akhirnya menjadi satu bangsa yang solid yakni Indonesia Raya.Kita tidak lagi mengenal istilah disintegrasi bangsa di negeri ini (Choromaster:2012).
4.    Memperhatikan Wilayah Perbatasan
Diibaratkan sebuah rumah,wilayah perbatasan adalah teras atau halaman depan rumah kita,dimana teras dan halaman juga harus dijaga dan dipelihara sehingga terlihat lebih terpelihara. Memperhatikan wilayah perbatasan kita yang cenderung berbatasan dengan laut dan daratan ini alangkah baiknya wilayah perbatasan lebih diperhatikan lagi dan menjadi fokus pertahanan kita. Tidakhanya di wilayah perkotaanyang diperhatikan pembangunannya tetapi jugadiwilayah-wilayahperbatasanyang merupakanteras atau halaman rumah kita. Jadi, selain pertahanan dan keamanan yang kuat,apabila sarana prasarana berjalan baik,ekonomi rakyat baik dan pendidikan mereka terpenuhi, paling tidak kehidupan mereka yang jauhdaripusatpemerintahantidakmembuatmerekaterpinggirkansebagaibagiandari NKRI.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia yang dijiwai nilai-nilai Pancasila Undang-Undang Dasar 1945 serta memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan lingkungan dengan menciptakan tanggung jawab, motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta Kesatuan Wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Kecenderungan semakin memudarnya wawasan kebangsaan tercermin dari perilaku hidup yang semakin memprihatinkan.Kondisi tersebut diperparah oleh perbuatan sebagian kelompok masyarakat yang secara sadar menjual bangsanya sendiri kepada bangsa asing dengan menguasai isu-isu HAM, demokratisasi dan lingkungan hidup untuk kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan kepentingan bangsa yang lebih besar.
Cara memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan mengingat sejarah, menghormati para pahlawan, melupakan masalah disintegrasi bangsa, dan memperhatikan wilayah perbatasan.Ini diperlukan agar usaha para pejuang dalam menyatukan dan mempertahankan Indonesia tidak sia-sia dan terus menjadi negara yang disegani oleh negara lain baik secara historis maupun keberadaannya sekarang dalam era globalisasi.

B.   Saran
Dengan selesainya makalah ini penulis mengharapkan:
1.    Para pemuda mengetahui betapa susahnya para pahlawan kita dahulu mempersatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan NKRI.
2.    Para pendidik menanamkan jiwa Pancasila dan rasa satu kesatuan kepada anak didiknya guna memperkokoh NKRI.
3.    Pemerintah lebih memperhatikan saudara-saudara yang berada di daerah perbatasan supaya mereka merasa diperhatikan, diayomi, dan dicukupi agar tercipta satu kesatuan dan jauh dari rasa dianaktirikan.
DAFTAR PUSTAKA
Choromaster. 2012. Terserah Apa Kata Loe, Gue Tetap Pilih: NKRI Harga Mati. Yogyakarta: Samudra Biru.
Lalanlangi, Djon Pakan. 2012. Kembali! ke Jati Diri Bangsa. Jakarta: Kompas.
Rudiono. 2013. Pemahaman Keruangan Dalam Konteks Memperkokoh Wawasan Nusantara. ProsidingPertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVI Memperkokoh Kesadaran Spasial Kepemimpinan NKRI Untuk Menghadapi Tantangan Global. Jakarta: Pro Fajar.




MAKALAH SEABAD JENDERAL SOEDIRMAN SYARAT LASENAS 2017



NAPAK TILAS KARAKTER RELA BERKORBAN,PANTANG MENYERAH DAN LOYALITAS DARI JENDERAL SUDIRMAN DALAM KONTEKS MEREBUT DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI


UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN LAWATAN SEJARAH NASIONAL 2016
Tanggal 25 – 29 Juli 2016 di DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur


Penyusun :

Nama Siswa                : Muhammad Arjun Dwi Histanto
Guru Pembimbing       : Sri Fatmawati,S.Pd




SMA NEGERI 10 BANJARMASIN
TAHUN 2016



KATA PENGANTAR

Segala  puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izinnya, makalah dengan judulNAPAK TILAS KARAKTER RELA BERKORBAN,PANTANG MENYERAH DAN LOYALITAS DARI JENDERAL SUDIRMAN DALAM KONTEKS MEREBUT DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan LAWATAN SEJARAH NASIONAL 2016. Tanggal 25 – 29 Juli 2016 di  DI Yogyakarta dan Propinsi Jawa Timur, yang diadakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam hal metode penulisan maupun kedalaman kajiannya. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun makalah ini, penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga makalah ini dapat dijadikan gambaran tentang peranan Yogyakarta dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan  saran dan kritik membangun demi  kesempurnaan isi makalah ini di masa yang akan datang.Atas semua masukan, saran dan arahannya penulis mengucapkan terima kasih.


                                                                                                      Banjarmasin,   April  2016
                                                                                                     
                                                                                                     
                                                                                                      Penulis





                                                                        i



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah .................................................................................1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................2
D.    Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Karakter kepribadian Jenderal Sudirman…………………………............... 3
B.     Peranan Yogyakarta dalam merebut dan mempertahankan
Kemerdekaan RI ……………………………………………………............ 4
C.     Hubungan karakter kepribadian Jenderal Sudirman dengan Yogyakarta
dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI …………………....5
                                                                                                                                
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 10
B.     Saran ............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. iii









                                                                        ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Meski kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkanBelanda tetap saja tidak mau mengakui kelahiran negara Indonesia.Belanda masih ingin menguasai wilayah Indonesia. Masa-masa revolusi fisik merupakan masa yang cukup berat bagi bangsa Indonesia,karena disamping harus berjuang mewujudkan Negara kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Indonesia telah dipecah-pecah oleh Belanda.Oleh karena itu,bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kembali wilayah yang menjadi miliknya melalui perjuangan diplomasi maupun mengangkat senjata.Perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan tanah air indonesia dan rakyat dari penjajahan dilakukan dengan menyerahkan segala yang dimilikinya, harta, jiwa bahkan nyawa sebagai taruhannya, mereka para pahlawan kita, di setiap detik nadi dan denyut jantungnya selalu berkobar semangat untuk melawan penjajah, selalu memikirkan bagaimana agar supaya bangsa indonesia terbebas dari belenggu penjajahan.
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda menyerang Yogyakarta. Dalam waktu singkat pasukan Belanda berhasil menduduki Ibukota RI di Yogyakarta.Pimpinan tertinggi Negara dan beberapa pejabat tinggi, seperti presiden, wakil presiden, di tawan oleh Belanda.Presiden Soekarno diasingkan ke Prapat(Sumatera Utara) kemudian ke Bangka, wakil presiden Mohammad Hatta dibuang ke Bangka.
 Nama Sudirman yang sangat fenomenal, anak muda yang gagah perkasa dan pemberani, pemudayang tidak takut mati. Masa mudanya menemukan momentum yang sangat sulit dalam kehidupannya, namun kondisi saat masyarakat Indonesia dan tanah air terjajah, Sudirman bangkit dengan cita-cita dan harapan mulia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
1
Sementara itu,seluruh kekuatan TNI ke luar Kota dan melakukan perlawanan dengan gerilya, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang sakit parah memutuskan untuk tetap memimpin perang gerilya. Jenderal Sudirman terpaksa ditandu oleh anak buahnya ketika harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena Belanda selalu mencoba mengejarnya.                                                                 Kota Yogyakarta juga berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan, ketika Kota ini dijadikan sebagai ibukota Indonesia selama hampir 4 tahun. Kota ini berhasil
mempertahankan eksistensi Republik Indonesia walaupun terus menerus menjadi sasaran penyerangan Belanda dalam Agresi Militer I dan II.
                                                                                   
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumus masalah dalam makalah ini, yaitu:      
1.      Bagaimana karakter kepribadian Jenderal Soedirman?
2.      Bagaimana peranan Yogyakarta dalam merebut dan mempertahankan
Kemerdekaan RI ?
3.      Apa hubungan karakter kepribadian Jenderal Sudirman dengan Yogyakarta
dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI ?

C.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.      Memahami nilai-nilai wawasan kebangsaan.
2.      Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.      Mengetahui peranan Jenderal Sudirman dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
4.      Menumbuhkan karakter Bangsa pada jiwa anak muda.
5.      Mengenang perjuangan para pahlawan bangsa.

D.Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Meningkatkan pemahaman wawasan kebangsaan sebagai warga negara Indonesia.
2.      Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam memperkokoh dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.









2
 
BAB II
PEMBAHASAN


1.      Karakter Kepribadian Jenderal Soedirman
Jenderal Sudirman merupakan pahlawan Nasional yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang.Beliau merupakan sosok pahlawan Nasional yang mempunyai Nama Lengkap Raden Soedirman, lahir di Kota Purbalingga, tepatnya di Dukuh Rembang pada tanggal 24 Januari 1916. Lahir dari kalangan rakyat biasa, ayahnya bernama Karsid Kartawiradji dan ibunya bernama Siyem. Ayahnya merupakan seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan Ibunya merupakan keturunan Wedana Rembang. Sejak umur 8 bulan Sudirman diangkat sebagai anak oleh R.Tjokrosoenaryo, asisten wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.
Soedirman menempuh pendidikan Formal di Sekolah Taman Siswa. Kemudian Sudirmanmelanjutkan ke HIK(Sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta, namun tidak tamat. Saat itu Sudirman giat mengikuti Organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatannya dalam Islam menjadikan Sudirman dihormati oleh masyarakat.
Jendral Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun Sudirman sudah menjadi Seorang Jenderal.
Pada tahun 1936 Beliau mengajar disebuah sekolah dasar Muhammadiyah, pada saat itu juga beliau menikahi Alfiah, mantan teman sekolahnya, Alfiah merupakan putri dari seorang pengusaha batik yang bernama Raden Sastroatmojo. Setelah menikah, Sudirman tinggal dirumah mertuanya di Cilacap agar bisa menabung untuk membangun rumah sendiri. Pasangan ini kemudian dikarunia tiga orang putra; Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, dan Taufik Effendi, serta empat orang putri ; Didi Praptiastuti , Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
Ketika pendudukan Jepang,ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya.Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
3
Karakter Jenderal Sudirman adalah sosok yang sangat sederhana hingga akhir hayatnya. Kehidupan Jenderal Sudirman betul-betul dimulai dari bawah, setapak demi setapak meningkat sampai ke puncaknya. Beban tanggung Jawabnya yang begitu berat, disandangnya dengan penuh ketulusan dan keiklasan berkorban demi mempertahankan kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonersia, yang dicintainya.Saat itu sudirman muda yang berumur sekitar 29 tahun, di saat Indonesia menangis dan masyarakatnya terjajah, dengan serangan dan jajahan para penjajah yang sangat menyakitkan dan ganas bahkan mematikan, Sudirman dengan keyakinannya dan kedekatannya yang menciptakannya, ia terpanggil untuk melawan dan tidak diam begitu saja, sudirman berdiri tegak melakukan perlawan terhadap penjajah bersama sahabat-sahabatnya. Jiwa Rela berkorban, pantang    menyerah dan loyalitas terhadap negaranya mengakar kuat pada diri Jendral Sudirman sehingga Sudirman maju kemedan pertempuran tanpa pernah ragu.
                                                                                                                                   
2.      Peranan Yogyakarta dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI.
Republik Jogja adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut periode ketika kedudukan Ibu Kota Republik Indonesia berada di Yogyakarta, yaitu antara tanggal 4 Januari 1946 sampai tanggal 27 Desember 1949. Selain tiga tahun Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman bagaikan tulang punggung yang menopang jalannya pemerintahan dan kelanjutan perjuangan RI.
Berpindahnya ibukota RI pada saat itu dipicu situasi Jakarta yang tidak kondusif untuk menjadi pusat pemerintahan. Saat itu, pasukan sekutu mulai mendarat, sedangkan tentara Jepang belum pergi. Kekacauan ditambah dengan konflik politik yang terjadi antartokoh dalam negeri sendiri. Sejumlah rencana pembunuhan mengancam para petinggi RI. Saratnya konflik mengakibatkan macetnya roda pemerintahan.
Atas inisiatif dan tawaran Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Ibukota RI berpindah ke Yogyakarta. Tawaran yang dikirimkan lewat kurir pada 2 Januari 1946 itu disambut baik oleh pemerintah di Jakarta. Pemindahan Ibukota ke Yogyakarta ini berhasil membuat roda pemerintahan yang sebelumnya macet menjadi jalan kembali. Tawaran Hamengkubuwono IX ini mencerminkan keberanian dan jiwa patriotismenya. Saat itu hanya HB IX saja yang berani menawarkan daerahnya menjadi pusat pemerintahan RI. Tidak ada daerah lain yang berani seperti itu.
4
Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan Kereta Api yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa), karena jadwal perjalannya dilakukan di luar jadwal yang ada. Setibanya para pemimpin di Yogyakarta saat itu telah terkoordinasi dan tertata rapi. Hal ini belum tentu bisa dilakukan di daerah lain karena saat itu kondisi di daerah lain belum sebaik dan seaman Yogyakarta.
            Sebelum periode Republik Jogja, perjuangan mempertahankan kemerdekaan juga berlangsung dengan gencar dan efektif, baik dalam bentuk gerilya maupun perundingan. Pada periode ini pula Yogyakarta dengan jiwa kemerdekaannya memegang peran penting dalam mempertahankan kelangsungan RI. Dalam masa itu pula, terjadi beberapa peristiwa penting yang diprakarsai dari tokoh-tokoh di Yogyakarta. Di antaranya, pengakuan Kerajaan Belanda terhadap keberadaan RI dalam Konferensi Meja Bundar. Sebelumnya, dunia internasional dikejutkan dengan Serangan Umum Satu Maret di Yogyakarta
Seperti diakui sendiri oleh Presiden Soekarno dalam kesannya, keberhasilan Republik Jogja dalam mempertahankan RI tak lepas dari jiwa kemerdekaan rakyat Yogyakarta. Kesan itu ditulis Soekarno saat meninggalkan Yogyakarta menuju Jakarta tanggal 28 Desember 1949 danpengorbanan, dengan banyak menelan jiwa serta harta benda rakyat Yogyakarta. Pada tanggal 28 Desember 1949 Ir. Soekarno meninggalkan Kota Yogyakarta menuju ke Jakarta untuk memangku jabatan sebagai Presiden RIS. Setelah hampir 4 tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota RI. Dengan demikian berakhirlah secara resmi perang kemerdekaan Indonesia, dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan yang penuh penderitaan.

3.      Apa hubungan karakter Jenderal Sudirman dengan Yokyakarta dalam merebut    dan mempertahankan Kemerdekaan RI
                                                                                               
Peranan Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut:
a.    Sudirman Memimpin Pertempuran Ambarawa
Tanggal 12 desember 1945, memimpin TKR di Ambarawa dalam menggempur dan    mengusir Inggris. Saat itu beliau masih berpangakat kolonel.Ketika Brigade Bethel mendarat di Semarang pada tanggal 19 Oktober 1945, selanjutnya pasukan menuju Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Sekutu. Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti TKR dan membuat kekacauan. TKR, Resimen Magelang pimpinan M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara sekutu dari segala penjuru.
5
Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju Ambarawa. Akan tetapi Batalyon A. Yani, Suryosumpeno dan Kusen mengejar pasukan Sekutu tersebut. Satu batalyon dari Divisi Purwokerto, dibawah Iman Adrongi menghadang gerakan Sekutu di Pingit. Sejak itu pertempuran semakin meluas. Bala bantuan datang dari Banyumas, Salatiga, Surakarta dan Yogyakarta. Dalam salah satu pertempuran, Letnan Kolonel Isdiman Suryokusumo, Komandan Resimen TKR Banyumas yang merupakan tangan kanan Panglima Besar gugur. Sejak gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Divisi V, Kolonel Soedirman merasa kehilangan perwira terbaik dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Dalam rapat tersebut Kolonel Soedirman menjelaskan bahwa posisi lawan sudah makin terjepit sehingga merupakan peluang yang tepat untuk menghancurkan lawan secepatnya dari Ambarawa.Tepat pukul 04.30 pagi tanggal 12 Desember 1945 serangan mulai dilancarkan. Pertempuran segera berkobar di sekitar Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan yang menghubungkan Ambarawa dengan Semarang sudah dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Sudirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik “Supit Udang” atau pengepungan rangkap sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya terputus Sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari 4 malam, akhirnya musuh mundur ke Semarang. Benteng pertahanan yang tangguh jatuh ke tangan pasukan kita. Tanggal 15 Desember 1945, pertempuran berakhir. Kemenangan gemilangdi Medan Ambarawa telah membuktikan kemampuan Sudirman sebagai seorang panglima perang yang tangguh. Episode gemilang ini telah diabadikan dalam bentuk Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati setiap tahun oleh TNI AD sebagai Hari Infanteri atau Hari Juana Kartika. Pada tanggal 18 Desember 1945 oleh pemerintahan RI disahkan pengangkatan menjadi Panglima Besar TKR  pengangkatannya menjadi Panglima langsung oleh kepala Negara RI,Presiden Ir.Soekarno.

b.   Sudirman Memimpin Perang Gerilya melawan Belanda dalam Agresi Militer
Belanda II
6
Pada tanggal 18 Desember 1948 jam 23.30, dr. Beel menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat pada pasal-pasal Perjanjian Renville.Tepat jam 00.00 tanggal 19 Desember 1948, mesin-mesin perang Belanda meninggalkan garis awal,menusuk posisi-posisi pertahanan TNI. Firasat dan perhitungan Panglima Besar Jenderal Sudirman, bahwa Belanda akan mengadakan agresi ke Ibukota Negara RI Yogyakarta,akhirnya menjadi kenyataan.  Belanda kembali melancarkan agresi militernya yang kedua. Pasukan Belanda menyerang ibukota RI dan bergerak ke seluruh wilayah Republik pada tanggal 19 Desember 1948. Dengan didudukinya Yogyakarta,Jenderal Spoor memperhitungkan semua perlawanan militer Republik Indonesia akan rontok.Setelah pemimpin pemerintahannya berhasil ditawan,Republik Indonesia akan mengalami demoralisasi dan disorganisasi sedemikian rupa sehingga akan mematahkan semangat untuk melanjutkan perjuangan dan mengagalkan perang gerilya yang telah disiapkan.
 Setelah pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta, dalam keadaan sakit Sudirman menghadap Presiden dan melaporkan bahwa pasukan TNI sudah siap melakukan rencananya, termasuk mengungsikan para pimpinan nasional. Jawaban Presiden mengejutkan Sudirman. Sudirman dinasehati agar tetap tinggal di Kota, untuk dirawat sakitnya. Panglima Besar Sudirman menjawab tawaran Presiden dengan kata-katanya,” Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya harus meneruskan perjuangan. Met of zonder pemerintah TNI akan berjuang terus”. Menghadapi Agresi Militer II Belanda, Jenderal Sudirman segera mengeluarkan Perintah Kilat No. I/PB/D/48. Isinya, pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda telah menyerang Kota Yogyakarta dan lapangan terbang Maguwo, Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan genjatan senjata, semua Angkatan Perang menjalankan rencana untuk menghadapi serangan Belanda. Pada hari itu juga Jenderal Sudirman meninggalkan Yogya dan memimpin Perang Gerilya yang berlangsung kurang lebih tujuh bulan lamanya. Dengan ditandu, Sudirman melakukan perjalanan gerilya naik turun gunung, masuk hutan ke luar hutan, berpindah-pindah tempat. Tidak jarang Sudirman mengalami kekurangan makanan selama berhari-hari. Belum lagi penderitaannya karena pengejaran tentara Belanda yang ingin menangkapnya. Ketika Belanda menyerbu Yogyakarta, para pemimpin militer Belanda ternyata keliru memperhitungkan peranan Pemerintah Darurat RI (PDRI) dan Sudirman. Belanda hanya memperhitungkan Soekarno-Hatta dan para politisi sebagai center of gravity dalam perang. Belanda mengira bahwa dengan menduduki ibukota dan menangkap Soekarno-Hatta, Republik bisa dirubuhkan. Ternyata perkiraan Belanda keliru. Soekarno telah menyerahkan mandat pemerintahan kepada Menteri Kemakmuran Sjafruddin Prawiranegara yang sedang berada di Sumatra, sedangkan TNI tetap utuh. Akhirnya Belanda menyadari kekeliruannya dan kemudian melakukan pengejaran terhadap Sudirman.
7
Reaksi dunia atas penyerangan Belanda luar biasa. Dunia umumnya marah,terutama karena Belanda berani melanggar suatu persetujuan (gencatan perang).Dalam resolusinya tanggal 24 dan 28 Desember 1948,Dewan Keamanan menyampaikan tuntutan pada kerajaan Belanda agar segera menghentikan tembak-menembak dan melepaskan Presiden Soekarno dan wakil Presiden Mohammad Hatta dan tawanan – tawanan politikIndonesia lain yang ditawan sejak 19 Desember 1948.
Perjuangan diplomasi Republik Indonesia di forum PBB mendapat dukungan dari Negara-negara Asia dan Afrika. Dalam Konfrensi Asia di New Delhi,23 Januari 1948, negar-negara peserta konfrensi itu menuntut dipulihkannya status RI, pasukan Belanda ditarik mundur,kedaulatan diserahkan kembali kepada rakyat Indonesia, dan wewenang Komisi Tiga Negara diperluas. Negara-negara peserta Konfrensi New Delhi merupakan kelompok yang cukup penting di PBB. Oleh karena itu, Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan mengajukan resolusi, yaitu :
1.      segera dilakukan gencatan senjata
2.      segera bebaskan dan kembalikan para pemimpin RI ke Yogyakarta
3.      lakukan perundingan-perundingan dengan dasar Persetujuan Linggajati dan Renville
Dengan campur tangan PBB, permusuhan antara RI dan Belanda dapat segera diakhiri. Dalam KMB yang diselenggarakan PBB, Belanda secara de jure mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Pada 28 September 1950, Indonesia resmi diterima sebagai anggota PBB.
Karakter yang dimiliki Soedirman menjadikan dia mampu menumpas dan memukul mundur serta mengalahkan penjajah bangsa indonesia, dia dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang memiliki keyakinan yang dalam, ibadahnya rajin, teguh pada prinsip, memiliki keilmuan dalam mengatur strategi peperangan dalam melawan penjajahan, dan tidak takut mati dalam berjuang, dalam sejarah kita juga mengenal Sudirman lebih mengedepankan kepentingan masyarakat dan bangsanya dari pada kepentingan pribadinya, soedirman adalah orang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
8
Karakter Berkorban menjadi potret besar soedirman, terlihat pada sebuah kejadian, pada saat itu Jenderal Sudirman masih sakit, yang sebelumnya telah menjalani operasi mengakibatkan sebuah paru-parunya tidak berfungsi lagi. Panglima Besar berangkat ke Istana untuk menerima instruksi dari Presiden. Presiden menasihati agar Sudirman kembali ke rumah karena masih sakit, ketika Presiden mengajak untuk tinggal di dalam Kota, Soedirman menjawab dengan kata “saya tidak mau tetap dalam kota. Buat saya yang penting adalah anak-anak buah saya, tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan gerilya dengan sekuat tenaga seluruh perajurit”. Sungguh luar biasa, sebuah bentuk kesatuan keyakinan bahwa, dengan persatuan dan kesatuan yang utuh antar anggota mampu menghadirkan kekuatan yang besar walau di badan terdapat luka yang berat.
Potret ketangguhan Soedirman terlihat pada saat ia menderita penyakit yang begitu berbahaya bagi dirinya, tapi walaupun demikian, beliau tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda, disamping itu juga, dalam perjalanan perang yang di jalani oleh Sudirman, salah satu perang yang sangat dahsyat yaitu perang palagan Ambarawa, Perang besar pertama yang dipimpin Sudirman melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Perang ini di pimpin Sudirman, dimana pada tanggal 12 Desember 1945, Sudirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan musuh sampai musuh terkalahkan oleh Sudirman.
Begitulah karakter seorang pahlawan Indonesia yang kini jarang ditemukan lagi dari pemuda-pemuda Indonesia, pemuda Indonesia hari ini banyak tertipu oleh kemewahan, kesenangan sementara, pergaulan bebas sampai perbuatan tidak bermoral, sangat jauh dari karakter pemuda Sudirman yang dibanggakan.
















9
 
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Jenderal Sudirman ialah salah seorang Pahlawan Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia merupakan Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Pada usia yang masih cukup muda, yaitu 31 tahun, Sudirman telah menjadi seorang Jenderal. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pejuang yang gigih. Meskipun ia sedang menderita penyakit paru-paru parah, ia tetap berjuang dan bergerilya bersama para prajuritnya untuk melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II. Dari kareakter kepribadian Jenderal Sudirman yang rela berkorban, pantang menyerah serta loyalitas yang tinggi untuk negaranya dan sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanannya, JenderalSudirman mendapat sebutan Bapak Tentara Nasional Indonesia.
Beliau Juga merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa dan negara.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan juga berlangsung dengan gencar dan efektif, baik dalam bentuk gerilya maupun perundingan. Pada periode ini pula Yogyakarta dengan jiwa kemerdekaannya memegang peran penting dalam mempertahankan kelangsungan RI.
Berpindahnya ibukota RI pada saat itu dipicu situasi Jakarta yang tidak kondusif untuk menjadi pusat pemerintahan. Pemindahan Ibu Kota ke Yogyakarta ini berhasil membuat roda pemerintahan yang sebelumnya macet menjadi jalan kembali. Tawaran Hamengkubuwono IX ini mencerminkan keberanian dan jiwa patriotismenya. Dengan pengorbanan dan menelan korban jiwa serta harta benda rakyat Yogyakarta. Peranan Yogyakarta dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia merupakan sejarah penting bagi perjalanan bangsa ini, setelah 4 tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota RI. Dengan demikian berakhirlah secara resmi perang kemerdekaan Indonesia, dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan yang penuh penderitaan
10
Potret ketangguhan Soedirman terlihat pada saat ia menderita penyakit yang begitu berbahaya bagi dirinya, tapi walaupun demikian, beliau tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda, disamping itu juga, dalam perjalanan perang yang di jalani oleh Sudirman, salah satu perang yang sangat dahsyat yaitu perang palagan Ambarawa, Perang besar pertama yang dipimpin Sudirman melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Perang ini di pimpin Sudirman, dimana pada tanggal 12 Desember 1945, Sudirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan musuh sampai musuh terkalahkan oleh Sudirman.
Begitulah karakter seorang pahlawan Indonesia yang kini jarang ditemukan lagi dari pemuda-pemuda Indonesia, pemuda Indonesia hari ini banyak tertipu oleh kemewahan, kesenangan sementara, pergaulan bebas sampai perbuatan tidak bermoral, sangat jauh dari karakter pemuda Sudirman yang dibanggakan.

B.  Saran
            Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami berharap kita sebagai penerus bangsa dapat termotivasi untuk melanjutkan perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia, khususnya yang dibahas dalam makalah ini adalah JenderalSudirman , agar kita dapat melanjutkan perjuangan beliau dengan cara mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh para pejuang kita, menghormati para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan, menjaga ketertiban dan keamanan di Indonesia, dan ikut serta menjaga dan mengharumkan nama Indonesia.
Belajar memiliki karakter pemuda Sudirman yang memiliki keyakinan yang kuat, keilmuan yang universal, ketangguhan fisik dan jiwa dalam melanjutkan nilai-nilai luhur para pahlawan dan karakter mulia para pahlawan Indonesia.Mari kita tanggung jawabterhadap pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, karena kitalah yang akan melanjutkan estapet perjuangan bangsa dari perang dan penjajahan yang lebih bahaya dari bahaya peperangan yang dilakukan oleh Sudirman dan para pahlawan yang lainnya, perang terhadap keyakinan yang salah, perang terhadap kebodohan, perang terhadap kerusakan moral, perang terhadap ketergantungan pada orang lain, memerangi kemiskinan mental, memerangi kemiskinan karakter, yang telah hilang dari kehidupan kita.
11
Para generasi sekarang sudah tidak mengenal para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita bisa menghirup udara bebas dan lepas dari penjajahan adalah jerih payah dan sekian banyak nyawa pejuang yang hilang dan tetesan darah para pejuang yang memberikan kemerdekaan untuk kita nikmati sekarang. Sangat diharapkan kepada pemerintah khususnya di bidang pendidikan memperbanyak memberikan waktu untuk materi agama dan budi pekerti dimana sekarang ini para generasi muda telah lupa dengan ciri karakter bangsa yang telah dicontohkan oleh para pahlawan kemerdekaan.
Marilah kita bersama-sama membangun bangsa ini,menjaga bangsa ini seutuhnya agar kedepannya bangsa kita menjadi bangsa yang kuat di tangan generasi muda dan menjadikan pemuda kita generasi pengerak pembangunan. Kita harus belajar benyak dari para pejuang yang akhirnya kita merasakan alam kemerdekaan.







12
 


 

DAFTAR PUSTAKA

Imran Amrin.1993. Pahlawan Nasional Panglima Besar Jenderal Soedirman, diterbitkan oleh Departemen Sosial RI.Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan

 

Badrika Iwayan.2006. Sejarah SMA Kelas Xi Program Ilmu Alam. ERLANGGA : Jakarta.

 

Soekamto.R Eddy.2011.Panglima Besar Tidak Pernah Sakit. NARASI :Yogyakarta

 

Soetanto Himawan.2006.Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor (Operatie Kraai) Versus Jenderal Sudirman (Perintah Siasat No.1).Gramedia Pustaka utama : Jakarta.

 

http://aryharnum.blogspot.co.id/jendral Sudirman , Diakses pada Rabu, 27 April 2016 jam20.00 wita